Oleh: M. Tasbir Rais
“Mahasuci Allah yang di dalam genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Maha mulia lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk [67]:1-2).
SEJATINYA, saya secara pribadi mulai mengenal H. Asly tatkala menghadiri pelantikannya sebagai Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Polewali Mamasa (dulu, kini Polewali Mandar) di Aula Serbaguna Aisyiyah Wonomulyo, sekian tahun lalu. Dari sini, nama H. Asly semakin familiar dalam memory saya. Terlebih tatkala H. Asly terpilih sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Polewali Mandar (Polman) periode 2005-2010 lalu.
Seperti diketahui, H. Asly telah menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pukul 21.00 Wita karena sakit yang dideritanya, pada Senin Malam (28/02/2022). Dan, pihak keluarga sepakat untuk segera dimakamkan pada esok harinya Selasa pagi (01/03/2022) sekitar pukul 09.00 dengan pelayat yang sangat ramai.
Bahwa H. Asly memang telah pergi untuk selama-lamanya, namun dia tetap “abadi” (terpatri) di hati yang paling dalam karena segala kebaikannya yang tak terkira. Dengan sosoknya yang begitu baik hati, lantas menjadikan orang yang mengenalnya merasa kehilangan. Pada saat yang sama, kita tentunya memiliki kenangan bersamanya yang tetap “hidup”, sehingga ribuan kata tentang dirinya seperti berkeliaran dalam kepala kita.
Betapa tidak, cerita kemuliaan H. Asly ini sangat sesuai dengan perilakunya yang mampu mengawinkan antara satunya kata dengan perbuatan. Itulah yang disebut sebagai manusia yang berbudi pekerti baik.
Dalam rekaman sejarah hidupnya, kita mengenalnya sebagai orang yang pemurah (dermawan) dan peramah dengan style-nya yang tenang, murah senyumnya yang khas, dan lemah-lembut. Dan, kita sepakat bahwa sebaik-baik hati itu adalah hati yang lembut.
Di samping itu, tak banyak yang tahu bahwa H. Asly rupanya juga seorang yang sangat humoris, bersahaja, dan low profile (tawadhu, rendah hati). Kerendah-hatiannya berbanding lurus dengan wataknya yang suka menolong dan bersedekah tiada henti. Maka sempurnalah kepribadiannya sebagai sosok yang mengayomi dan selalu memberikan manfaat kepada orang lain.
Begitulah penuturan yang tulus dari sesepuh Muhammadiyah dan mantan Wakil Bupati Polman, H. M. Yusuf Tuali saat memberikan sambutan pada takziah by virtual, Rabu Malam (02/03/2022).
Baginya, syarat mutlak untuk bisa tercapainya apa yang diistilahkan dengan pembangunan peradaban adalah dengan memiliki akhlak atau moral yang tinggi. Dan, hal tersebut haruslah dimiliki oleh setiap pelaksana dari pembangunan tersebut.
Bahwa benar ketika dikatakan akhlak yang baik dan moral yang tingggi amatlah sulit dicapai dan dipertahankan tanpa adanya kepercayaan atau keimanan itu sendiri. Jelas, kepercayaan atau keimanan itu merupakan keyakinan yang seyakin-yakinnya tanpa keraguan.
Dengan begitu, pada saat yang sama, akan berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, dan pemikiran manusia.
Dalam pembacaan lugu saya, saya melihat bahwa H. Asly benar-benar telah menjadikan agama atau pendekatan samawi sebagai ajaran yang sangat urgent (penting) dan karenanya tak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia.
Bahwa agama sebagai sumber nilai utama yang fundamental tentunya berfungsi sebagai kekuatan transendental yang luhur dan mulia.
Dengan perspektif itu, H. Asly kemudian memahami nilai-nilai instrinsik keagamaan yang telah memberikan inspirasi dalam perjalanan kehidupannya untuk senantiasa mengedepankan semangat fastabiqul khairat (berlomba-lomba kepada kebajikan).
Kata kuncinya, tampaknya bahwa H. Asly secara tidak langsung selalu mengajak kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan memperbanyak investasi akhirat sebagai “kredit point” untuk tour ke “kampung abadi” kelak.
• Penulis adalah Sekretaris Muhammadiyah Cabang Polewali, Polman.